Enam Bulan Pengubah Perilaku fadjar September 22, 2016

Enam Bulan Pengubah Perilaku

Dedikasi Prof Dr Yusti Probowati Mengelola Rumah Hati

Enam Bulan Pengubah Perilaku

Dosen mutlak mengabdi kepada masyarakat. Prof Dr Yusti Probowati bersama Margret Ruefler PhD, Dra N.K.E. Triwijati MA, dan Dra Ayuni MSi (dosen psikologi Ubaya) mengelola Rumah Hati di Jombang untuk anak-anak yang berhadapan dengan hukum (ABH).

TIDAK semua anak lahir dan hidup di keluarga yang harmonis. Keluarga yang tidak utuh itu acap kali mengakibatkan anak-anak terabaikan secara psikologis. Mereka menjadi pelaku kriminalitas di masa anak atau remaja.

Rumah Hati hadir untuk mendampingi mereka. Baik anak yang keluar dari lapas maupun yang kasus hukumnya diselesaikan dengan UU Nomor 11/2012 tentang Peradilan Anak.

Bagi Yusti, anak-anak pelaku kriminalitas itu adalah korban. Agar rehabilitasi lebih mudah, mereka dimasukkan ke Rumah Hati yang dibagi per angkatan. Setiap angkatan ada 5-6 anak. Mereka tinggal selama enam bulan. Setelah itu, mereka harus kembali ke masyarakat. ‘Kami pantau kondisinya,’ katanya.

Hingga saat ini, Rumah Hati yang berdiri pada 2011 itu sudah mengentaskan sekitar 60 anak. ‘Kami baru mampunyai segitu,’ ujarnya.

Anak-anak di Rumah Hati berusia 14-18 tahun. Saat ini ada dua pendamping yang tinggal 24 jam, yakni Faishol Hidayat dan Irman Abdurachman. Ada juga psikolog alumnus Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) yang datang secara periodik. Yakni, Fini Rahmatika dan Winda Puteri. ‘Alumni’ Rumah Hati juga dilibatkan dalam pembinaan di Rumah Hati. Sebab, menurut Yusti, mantan pelaku kriminalitas lebih mengetahui kondisi anak-anak di Rumah Hati.

Anak-anak itu, kata dia, tidak bisa patuh pada aturan. Penyebabnya, dalam keluarga tidak ada yang menanamkan nilai moral baik. Problem lain, kurangnya afeksi. Anak-anak tersebut, menurut guru besar Ubaya itu, tidak mendapat perhatian dan kasih sayang di rumah. Intervensi pendidikan di Rumah Hati menyasar dua hal tersebut.

Banyak pengalaman berharga yang dilaluinya bersama anak-anak. Yusti bahagia ketika anak yang didampinginya bisa bekerja, menikah, dan memiliki anak. ‘Itu reward yang luar biasa bagi saya,’ tuturnya.

Yusti trenyuh ketika anak yang didampinginya sayang pada dirinya. Sekadar bisa membeli baju sendiri, Yusti merasa sangat bangga. ‘Dia bilang, saya belum bisa membelikan baju untuk Ibu (Yusti, Red).’

Pengalaman lain, Yusti tidak menyangka ketika anak dampingannya yang bertato justru ingin terampil membuat roti. ‘Ibunya pembuat kue, jadi si anak ingin bisa membuat roti,’ katanya. (puj/c7/nda)

Lebih Dekat dengan Yusti Probowati

Lahir: Probolinggo, 22 September 1964

Suami: Ir M. Pujiono Santoso MM

Anak:

1. Annisa Rizkiayu Leofianti SPsi MPsi

2. Adistyana Damaranti, kuliah di Akuntansi Unair

Kebiasaan Yusti saat senggang:

– Membaca, beres-beres rumah, berkebun

– Nonton film hukum atau kriminal yang disiarkan TV kabel

Rumah Hati Membina Hati

– Yusti: Hati saya dan tim Rumah Hati adalah untuk anak-anak ini.

– Sekitar 80-85 persen penghuni berhasil kembali menjadi anak baik, setidaknya bekerja halal.

– Jika dulu pendanaan Rumah Hati dari NGO asal Jerman, kini self funding.

– Treatment paling susah adalah mengajak anak bangun pagi.

– Dalam menjalankan programnya, Rumah Hati bekerja sama dengan NGO, dinsos, dinkes, kepolisian, lapas, bapas, dan masyarakat.

– Anak-anak yang ada di Rumah Hati semuanya laki-laki. Yusti belum mampu membina anak cowok dan cewek dalam satu rumah.

– Sisi spiritualitas anak-anak diperkuat.

– Di Rumah Hati, rata-rata anak berkaitan dengan kasus pencurian dan asusila (pemerkosaan dan pencabulan).

Sumber: Jawa Pos, 22 September 2016