Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) kembali menorehkan prestasi gemilang dengan menjadi Juara 2 Bidang Teknologi dalam program apresiasi tahunan Satu Indonesia Awards yang dilaksanakan oleh PT Astra International Tbk pada Rabu (5/11/2025). Livio Hardi, mahasiswa peminatan Network and Cyber Security Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknik angkatan 2025 menciptakan inovasi teknologi yang diberi nama CyberKITS dan LenL Quantum yang diimplementasikan di daerah asalnya, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
CyberKITS merupakan sebuah alat pentest (evaluasi keamanan dari suatu sistem jaringan komputer) dan defense (mekanisme pertahanan jaringan komputer) dari serangan siber. Sementara itu, LenL Quantum (Learn, Encourage, Leap Quantum) merupakan komunitas keamanan siber untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan informasi terkait keamanan siber. Livio, panggilan akrabnya, menceritakan bahwa inovasi ini muncul dari keresahan terhadap maraknya kasus kejahatan siber dan akses pengetahuan siber yang masih sangat terbatas.
“CyberKITS diciptakan untuk menguji keamanan suatu sistem jaringan komputer dengan melakukan simulasi penyerangan sebenarnya. Dengan demikian, titik-titik kelemahan dalam sistem dapat dideteksi dan dilakukan perbaikan untuk mencegah terjadinya peretasan,” jelas mahasiswa peminatan Network and Cyber Security itu.
Partisipasi Livio dalam SATU Indonesia menuntutnya menghasilkan luaran nyata di masyarakat. Ia melakukan sosialisasi dan pendampingan terkait pentingnya keamanan siber pada sekolah-sekolah di Kabupaten Berau melalui penggunaan CyberKITS dan memberikan materi dalam berbagai seminar. Ia juga memberdayakan LenL Quantum melalui platform Discord yang saat ini sudah memiliki 111 anggota.
Perjuangan Livio dalam meraih juara dibarengi berbagai rintangan. Rentang kegiatan yang panjang dari Februari hingga November 2025 menyita usaha yang besar dan menjadi tantangan tersendiri. Tidak hanya itu, ketika mencapai 20 besar, Livio harus kembali ke Berau di tengah jadwal kuliah karena diadakan penilaian langsung oleh panitia di lokasi pelaksanaan program. Setelah berhasil mencapai 10 besar, ia juga harus mempresentasikan program di hadapan 11 juri yang terdiri dari para praktisi profesional di Indonesia.
“Saya juga finalis termuda dari 20 besar, bahkan 10 besar. Awalnya, saya merasa minder karena pendidikan mereka (kompetitor) ada yang sudah lulus S1, bahkan S2. Tapi, ternyata respons mereka baik. Saya banyak belajar dari mereka melalui sharing pengalaman secara online maupun offline,” ujar Livio menceritakan perjuangannya.
Kegiatan ini menjadi pengalaman belajar yang berkesan bagi Livio, karena tidak hanya mengimplementasikan program secara nyata, Ia juga berkesempatan untuk berdialog dan menerima masukan dari tokoh-tokoh besar di Indonesia.
“Saya memetik banyak pelajaran dari kegiatan ini, seperti semangat juang yang pantang menyerah dan terus berusaha menjadi orang yang memberikan manfaat dan kontribusi bagi banyak orang. Saya juga percaya, selama niat dan tujuannya baik, pasti ada jalan yang dipermudah,” tutupnya. (tsy)