Seminar Doktor Psikologi: Bahas Tips Selesaikan Konflik Peran dan Mengembangkan Keberbakatan samueldim July 13, 2022

Seminar Doktor Psikologi: Bahas Tips Selesaikan Konflik Peran dan Mengembangkan Keberbakatan

Program Studi Doktor Psikologi Fakultas Psikologi Ubaya mengadakan Seminar Doktor Psikologi pada 5 Juli 2022 lalu. Seminar Doktor Psikologi dengan tema “Pemberdayaan Keluarga dan Keberbakatan Anak” ini diadakan di Ruang Serbaguna Fakultas Psikologi Ubaya, Kampus Ubaya II Tenggilis. Pada kesempatan ini Program Studi menghadirkan dua pembicara yang ahli pada bidangnya, yakni Dr. Artiawati Mawardi, M.App.Psych., Psikolog, dengan tema “Strategi Pengelolaan Konflik Antar Peran Pasca Pandemi”, serta Dr. Evy Tjahjono, S.Psi., M.G.E., Psikolog, dengan tema “Mengulik tentang Bakat Istimewa”. Kedua narasumber ini mensharingkan penelitian terbaru serta perkembangan terbaru mengenai topik keahlian masing-masing dosen kepada puluhan peserta yang hadir dari berbagai kota seperti Surabaya, Sidoarjo, Kediri, Jember, Malang, Bangkalan, dan yang lainnya.

“Terima kasih atas partisipasinya,” ungkap Dr. Dra. Hartanti M.Si., selaku perwakilan dari Program Studi Doktor Psikologi Ubaya. Hartanti pun membuka dengan perkenalan mengenai prodi yang sudah berdiri sejak tahun 2018. Hartanti juga menyampaikan bahwa proses pembelajaran dalam prodi juga didasari oleh proses caring and enrichment. “Sehingga mahasiswa lebih nyaman dalam proses pendidikannya,” terang Hartanti. Ia pun juga menuturkan bahwa Prodi Doktor Psikologi diampu oleh 25 doktor dan terdapat beberapa guru besar yang dapat memperkaya keilmuan mahasiswa. “Dosen juga memiliki tiga fokus sub-bidang, yakni Urban Mental Health, Urban Family and Educational, Urban Industrial and Organization,” tutup Hartanti di akhir sambutannya.

Selanjutnya pembicara pertama, Artiawati, memulai penjelasannya mengenai konflik antar peran. “Khususnya dalam kehidupan kerja dan hidup dewasa,” imbuhnya. Artiawati pun mendeskripsikan apa yang menjadi perbedaan kondisi ini di pasca pandemi dan saat pandemi. Ia pun menjelaskan bahwa topik tentang work-family conflict (WFC) pun saat ini sudah mulai dikembangkan menjadi work-family school conflict yang saat ini mulai banyak diteliti. Di akhir materinya, Artiawati pun memberikan 5 strategi pengelolaan work-family conflict salah satunya adalah boundary management. “Harap ada pembatasan, supaya satu domain tidak mengganggu domain lainnya,” terang Artiawati.

Narasumber kedua, Evy, memulai penjelasan dengan fakta bahwa orang Indonesia belum dikenal secara spesifik. “Misal korea yang menonjol apa? Jepang yang menonjol apa?” tanya Evy kepada para peserta. Ia pun menuturkan bahwa di negara kita banyak sekali potensi, namun mengapa tidak muncul? Evy pun menerangkan bahwa apa yang dikembangkan di sebuah negara sangat berpengaruh pada potensi individu. Sehingga, Evy pun menekankan mengenai apa itu bakat, bagaimana mengidentifikasinya dan mengarahkannya. “Talent itu sifatnya berkembang, membutuhkan peran serta lingkungan. Peran lingkungan besar sekali,” tutur Evy. Ia pun menjelaskan bahwa talent harus muncul sampai menjadi sebuah kompetensi. Jadi bukan lagi sekadar bakat, tapi harus muncul dalam sebuah tindakan produktif di bidangnya. “Kalau punya anak bebrakat istimewa sangat penting untuk menemukan mentor yang tepat, dan juga expert di bidangnya,” tutup Evy. (sml)