Pada Senin, 27 Februari 2017lalu, Deloitte Indonesia bersama dengan Ubaya, menginisiasikuliah umum yang dilaksanakan di Gedung PF lantai 6 Universitas Surabaya. Deloitte adalah sebuah perusahaan yang memberikan layanan jaringan profesional terbesar di dunia berdasarkan pendapatan dan banyaknya jumlah profesional. Beberapa macam jasa yang ditawarkan oleh Deloitte adalah memberikan jasa audit, pajak, konsultasi, risiko perusahaan dan penasehat keuangan dengan lebih dari 200.000 profesional di lebih dari 150 negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Pada perkuliahan yang diselenggarakan di gedung PF lt.6 Ubaya tersebut, dibahas secara sistematis mengenai cyber risk. Cyber risk adalah resiko-resiko yang berhubungan dengan teknologi. Media online yang sangat luas dan terbuka ini membuat mereka yang fokus pada duniabisnisharus berhati-hati dalam mengelola reputasinya, karena pelanggan sangat sensitif terhadap isu-isu negatif dan hal ini tentunya bisa mempengaruhi pelanggan dalam memilih suatu produk atau jasa.
Penggunaan internet selama beberapa tahun terakhir telah mengubah gaya hidup manusia secara signifikan, sulit rasanya untuk “sign out” sejenak dari dunia maya. Hampir semua data yang kita miliki, baik itu informasi tentang kehidupan pribadi, keuangan, dan bisnis terhubung dengan jaringan internet. Semakin canggihnya teknologi dan semakin banyaknya perangkat yang terhubung satu sama lain, seringkali kita masih kurang peka terhadap ancaman kejahatan digital atau cyber risk.Hal inilah yang menjadi perhatian Delloite.
Turut menjadi narasumber pada acara yang berlangsung pukul 13.00 tersebut,yakni Vidvant Brahmantyoselaku Associate Director, dan Abdiansyah Prahastoselaku Manajer Internal Audit Delloite, serta SigitPurnomoselaku Associate Director yang mengepalai cyber risk securitydi Delloite Jakarta. Dalam sesi yang dibawakannya, Vidvant pun sedikit menceritakan pengalamannya. Saat awal kuliah akuntansi, ia hanya berfokus padafinancial audit. “Saat pertama kali melamar di Deloitte, saya memilih financial auditor”ujarnya.Tanpa diduga, ternyataada banyak pelayanan lain. “Ada beberapa servis yang selama ini tidak banyak orang tahu. Misalnya service tax atau perpajakan, management consulting (Deloitte consulting), audit advisory service, dan risk advisory” tambahpria yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia ini.
“Banyak sekali cyber risk yang telah terjadi saat ini. Salah satu contohyang pernah terjadiadalah kasus kecurangan saat perhitungan suarapemilu di sebuah negara besar yang maju” ungkap Vidvant. Kecurangan tersebut berhubungan dengan akses teknologi yang menjadi sarana dalam perhitungan suara. Ke depannya, risk advisory,khususnya yang difasilitasi Delloite, akan terus berkembang karena risk awarenessyang belum banyak berkembang di Indonesia. Sudahkah Anda bersiap menghadapi ancaman cybercrime? (azn)