Software tersebut masih jarang digunakan. Namun, dua mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) membuktikannya dengan mengukir prestasi. Mereka menjadi juara I LabVIEW Programming Advance pada ajang Industrial Mechatronics and Automation Competition (IMAC) 2015 di ITS pada 19-24 Oktober. Ajang tersebut merupakan kompetisi di bidang mekatronika dan teknologi otomasi.
Dua mahasiswa itu adalah Clark Arron dan Ervin Surya Harianto. Mereka tidak menyangka menjadi juara pertama. ”Padahal, targetnya hanya juara II,’ kata Clark. Tim Teusurron itu menyisihkan 18 tim lain dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Pada ajang tersebut, mereka wajib melalui beberapa tahap. Yaitu, penyisihan, semifinal, dan final. Di babak penyisihan, peserta mendapatkan beberapa pertanyaan pilihan ganda tentang sistem Programming LabVIEW. Dalam babak semifinal dan final, peserta harus menyelesaikan pemecahan masalah dengan menggunakan perangkat lunak LabVIEW. ”Susahnya pada tahap semifinal,’ ujar Clark.
Pada saat semifinal, mereka diminta untuk membuat sebuah program yang mengatur jalannya eskalator. ”Harus membuat indikator berat tampung eskalator secara tepat,’ ujarnya. Kemudian, mengaplikasikannya dalam bentuk gambar dan grafik juga membuat mereka kesulitan. ”Biasanya bahasa pemrograman dengan teks. Pada software ini, wajib pakai gambar dan grafik,’ paparnya. Namun, kekhawatiran mereka malah membawa berkah. Lolos juara 1.
Menurut Clark, ajang tersebut sangat baik untuk semakin memperkenalkan program LabVIEW kepada khalayak karena bisa menghemat waktu. ”Dalam dunia industri, LabVIEW ini berguna untuk menjalankan mesin secara otomatis,’ katanya. Program tersebut juga bisa digunakan untuk mengetahui ketinggian air sungai tanpa harus terjun ke lapangan secara intens. ”Cukup diawasi dari jauh,’ ujarnya.
Caranya dengan meletakkan sensor yang terpasang di pinggiran sungai. Lalu, sensor tersebut terhubung langsung ke program LabVIEW. ”Lalu kita bisa memantau ketinggian air sungai dari jarak jauh,’ ujar mahasiswa semester 7 tersebut. (ara/c7/ai)