Raih Gelar Doktor, Dosen FIK Ubaya Elaborasi Elemen Musik Menjadi Motif Tekstil Nusantara humasubaya December 23, 2025

Raih Gelar Doktor, Dosen FIK Ubaya Elaborasi Elemen Musik Menjadi Motif Tekstil Nusantara

Dr. Christabel Annora Paramita Parung, M.Sc., Dosen Program Studi Desain Produk Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya) berhasil menyelesaikan studi S3 dengan judul disertasi “Representasi Visual Elemen Musik dan Makna Lirik Lagu dalam Perancangan Motif Tekstil”. Ia dinyatakan lulus dari Program Studi Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pada Kamis (04/12/2025). 

Ista, sapaan akrabnya, mengisahkan bahwa salah satu latar belakang dalam pemilihan topik disertasinya adalah sering ditemukannya motif-motif yang diklaim sebagai ‘batik musik tradisional’, namun menggunakan tanda-tanda musik yang bukan berasal dari Indonesia. Penggunaan tanda-tanda tersebut, terlebih ketika digambarkan secara sembarangan pada batik, menimbulkan keprihatinan tersendiri baginya. 

“Peletakan notasi baloknya hanya memenuhi fungsi dekoratif saja, tidak dapat dinyanyikan. Selain itu, batik merupakan warisan budaya yang tidak dapat diperlakukan secara semena-mena seperti itu,” tutur Ista. 

Beranjak dari hal tersebut, Ia melakukan eksperimen sederhana untuk membuktikan kepekaan nada orang-orang awam yang tidak pernah mendapatkan edukasi musik sebelumnya. Hasilnya, semua partisipan dapat menggambarkan tinggi rendahnya nada dengan akurat melalui deskripsi visual, seperti warna, bentuk, gradasi, dan ukuran secara konsisten. Setelah melakukan penelitian lanjutan, Ia menarik kesimpulan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan mempresentasikan audio menjadi visual. 

Setelah ditelusuri lebih jauh, Ista menemukan notasi tradisional Jawa dalam berupa nut rante dari Yogyakarta yang mampu merepresentasikan alunan nada nusantara dengan karakteristik cengkok yang khas. Selain itu, dalam tradisi karawitan Jawa, setiap nada memiliki simbol visual dari beberapa bagian tubuh manusia. 

“Hal ini membuktikan bahwa musik Jawa bersifat multisensori, bukan semata-mata sistem bunyi,” tegasnya. 

Setelah dielaborasi dengan latar belakang multidisiplin yang ia tekuni, Ista menerjemahkan lagu “Gundhul Gundhul Pacul” ke dalam perancangan motif tekstil. Motif tidak lagi dibangun dari simbol notasi barat, melainkan dari logika musik itu sendiri. Dengan demikian, klaim ‘batik musik tradisional’ benar-benar mengandung nilai dan filosofi lokal.

Selain membutuhkan riset multidisiplin, tantangan lain dalam penelitian Ista adalah proses pembuktian kemampuan manusia dalam mentranslasi tinggi rendahnya nada menjadi elemen visual nut rante.  Meskipun demikian, ia mengaku menikmati proses penelitiannya karena melibatkan hal-hal yang ia gemari sejak lama. “Saya sudah lama sekali memiliki ketertarikan dan keinginan ini. Syukurnya, dapat direalisasikan dari pengerjaan disertasi saya,” pungkas Ista. 

Melalui penelitian ini, Ista berharap temuannya dapat diaplikasikan dalam lingkup praktis agar lebih banyak lagu tradisional yang dapat dinikmati dalam bentuk yang baru oleh manusia di era modern. Berkaitan dengan perannya sebagai dosen di FIK Ubaya, ia berencana menerapkan hasil penelitiannya dalam mata kuliah Local Content Design Product dan Designing for Fashion and Textile yang ia ampu agar dapat menghasilkan batik yang mengandung elemen lagu-lagu tradisional Jawa. (tsy)