Angkat Isu Kesehatan Mental, Mahasiswa Ubaya Raih Juara 2 Lomba Videografi humasubaya December 8, 2025

Angkat Isu Kesehatan Mental, Mahasiswa Ubaya Raih Juara 2 Lomba Videografi

Tiga mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) meraih prestasi membanggakan dalam ajang Dekativity 2025 dengan meraih juara 2 kategori lomba videografi. Kemenangan tersebut diraih oleh tim yang diketuai Muhammad Habil Yustian dari Politeknik Ubaya dengan anggota Patricia Esther Wellyana dan Alodia Ardine Ardiningrum dan Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) Ubaya. Mengambil judul “Berani dan Menghargai”, video berdurasi 3 menit tersebut mengangkat isu kesehatan mental sebagai tema besar kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia tahun 2025. 

 

Video berdurasi 3 menit ini menyoroti realitas perjuangan masyarakat yang bertahan menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. 

 “Kita menanyakan orang-orang yang kita temui, seperti petugas parkir, tukang sapu, satpam, penjual kaki lima, dan berbagai profesi lainnya. Kita bertanya “Capek nggak, Pak/Bu?” kepada mereka,” tutur Habil. 

Dari jawaban yang diperoleh, Habil dan tim ingin menekankan bahwa capek merupakan kondisi manusiawi yang dialami semua orang. Oleh sebab itu, pengakuan dan keterbukaan akan kondisi tersebut bukan sesuatu yang patut disembunyikan atau disangkal, melainkan wujud keberanian.

 

Untuk menghadirkan cerita yang realistis, Habil dan tim menyusuri jalan raya dan mencari orang yang tepat untuk diwawancara. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena memilih orang secara acak, namun sesuai dengan karakter yang dibutuhkan untuk ditampilkan dalam video membutuhkan waktu dan usaha yang besar. 

“Tidak semua orang berkenan untuk direkam. Kadang, jawaban yang diberikan sangat singkat sebatas ya dan tidak, sehingga tidak dapat dikembangkan dan sulit digunakan di dalam video,” tutur Habil. 

 

Tidak hanya memperoleh prestasi, Habil dan tim mendapatkan pelajaran berharga dari proses pembuatan video yang mereka lakukan.
“Kita jadi lebih paham kalau yang capek bukan hanya kita. Ada yang harus kerja mulai jam 2 pagi, bahkan ketika kita wawancara juga sambil bekerja. Banyak orang-orang di luar sana yang privilege-nya tidak sebanyak kita, tapi masih semangat untuk hidup dan bekerja,” tutup Habil. (tsy)