Tim laboran bersama dosen Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (FTB Ubaya) berhasil lolos Program Karya Inovasi Laboran (KILAB) Tahun 2025. Inovasi yang dibuat adalah formulasi pakan alternatif berbasis maggot BSF untuk diet nutrisi tikus dan mencit laboratorium sesuai standar AIN 93-M. Produk pakan yang dihasilkan berupa pellet yang dikemas dengan kemasan yang sesuai standar produk pakan.
Tim beranggotakan Ivon Grace Paulin, S.Si., M.Biotek, Pandu Salim Hanafi, S.TP., M.TP, dan Dr. Eng. Gabriel Tirtawijaya, S.Pi., M.Si., M.Eng.
Ivon menyebut, tikus dan mencit adalah hewan uji yang sangat berjasa dalam penelitian terciptanya antibiotik dan vaksin. Hal ini dikarenakan mereka digunakan sebagai hewan uji pra klinis obat sebelum dikonsumsi oleh manusia. Pembuatan inovasi ini dilatarbelakangi ketersediaan pakan khusus untuk hewan uji tersebut masih sangat terbatas di Indonesia karena minimnya produsen, tingginya biaya, serta kendala distribusi. Padahal, pakan hewan uji merupakan salah satu hal yang penting mendukung kesejahteraan hewan uji dan penelitian biomedis.
“Kondisi ini mendorong penggunaan alternatif pakan seperti pakan ayam atau sapi, yang secara nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhan spesifik tikus dan mencit. Akibatnya, hewan uji berisiko mengalami defisiensi atau kelebihan nutrien tertentu yang berpotensi menimbulkan bias dan mengurangi validitas hasil penelitian,” jelasnya.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, maggot Black Soldier Fly (BSF) (Hermetia illucens) telah digunakan sebagai sumber pakan untuk akuakultur, unggas dan babi sejak tahun 2017 yang merupakan sumber pakan alternatif dengan kadar protein 35-65%, lipid 5- 40% dan kitin serta mikronutrien. Oleh karena itu, Ivon dan tim merancang formulasi pakan alternatif berbasis maggot BSF yang sesuai standar AIN-93M dan bernilai ekonomis. Agar lebih menarik, pakan terbungkus dalam kemasan yang menarik dan terbungkus rapat dengan diberikan gel silika dan oxygen trap.
Ia berharap, inovasi ini dapat memberikan solusi praktis dan ekonomis bagi laboratorium riset di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tikus dan mencit laboratorium. “Pakan nutrisi ini dapat dikomersialkan di Indonesia sehingga mengurangi impor. Hal ini secara tidak langsung turut mensejahterakan petani maggot lokal,” pungkasnya. (el)