Kabar sukacita datang dari dosen program studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya, Dr. Rahman Dwi Wahyudi, IPM. Pasalnya, Ia berhasil menyelesaikan studi lanjut doktoralnya selama 2,5 tahun di Departemen Teknik Sistem dan Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek.
Perjuangannya menempuh studi lanjut diwarnai oleh ketidakpastian. Baginya, masa studi S3 tidak hanya mempertajam sisi akademis saja, tetapi memberikan perspektif baru soal penerimaan dan pengelolaan ketidakpastian.
“Selama studi, saya belajar ilmu kehidupan, penerimaan, sabar, telaten. Fun fact, sejak semester 1-3, saya rutin dirawat di rumah sakit selama tiga hari karena asam lambung. Setelah dinyatakan lolos kualifikasi, saya tidak asam lambung lagi,” jelasnya.
Meskipun diterpa tekanan yang berat, dosen yang kerap disapa Rahman itu berhasil menyajikan disertasi tentang toleransi Product Service System (PSS). Ia meneliti bagaimana rumusan toleransi Product Service System (PSS) untuk pertimbangan penyusunan Service Level Agreement (SLA).
“Ketika service muncul dan bersatu dengan produk, maka muncul Product Service System. Saya meneliti seberapa banyak toleransinya sehingga dapat menjadi pertimbangan atau referensi untuk menentukan Service Level Agreement (SLA),” ujarnya.
Berkat semangat ketekunan, refleksi diri, dan penerimaannya, ia berhasil menyelesaikan disertasi dan studinya kurang dari tiga tahun. Baginya, hidup adalah kumpulan titik waktu yang menjadi sejarah. Maka, Ia ingin mengukir sejarah terbaik sesuai agama dan aturan yang berlaku.
“Saat semester 4, saya diingatkan kembali terkait kelulusan. Saya ingin ukir sejarah terbaik. Bagi saya, jatuh bangun adalah hal biasa, tinggal bagaimana kita menerima dan memperjuangkannya,” tambahnya. (sha)