Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)
Tidak hanya berfokus pada teori-teori di dalam dunia perkuliahan, Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (FP Ubaya) bersama asisten dosen menyelenggarakan sebuah Kuliah Tamu bertajuk “How to Survive in Workforce 5.0: When There is No More Working as Usual”. Dihadiri oleh puluhan mahasiswa kalangan Ubaya, terlebih dari Fakultas Psikologi, kuliah tamu diselenggarakan secara offline di Gedung Auditorium Pascasarjana Fakultas Bisnis Ekonomika (FBE) Ubaya. Diadakannya Kuliah Tamu ini sendiri bertujuan untuk memberikan informasi tentang ragam dunia kerja dari waktu ke waktu dan cara untuk tetap bertahan dalam perubahan tersebut. Agung “Bagong” Prabowo, selaku CEO BUMN School of Excellence sekaligus alumni FP Ubaya, hadir menjadi narasumber.
Tak sampai di situ, Dr. Evy Tjahjono, S.Psi., MGE., Psikolog., selaku Dekan FP Ubaya, bersama jajaran dosen lainnya hadir dalam kuliah tamu ini. Dr. Evy membuka kuliah tamu dengan sebuah sambutan. “Kuliah tamu ini merupakan waktu yang tepat bagi teman-teman aktivis di organisasi maupun asisten dosen Ubaya untuk saling berdiskusi terkait cara mengembangkan diri,” buka Dr. Evy. Diskusi yang dimaksud di sini berputar tentang hard maupun soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja. Kedua skills tersebut nantinya digunakan untuk menantangan diri, sehingga orang-orang bisa bertahan dalam tuntutan perubahan yang cepat. “Semoga kesempatan ini bisa menjadi hal yang bermanfaat dan dapat memacu kita untuk terus berkembang,” tutup Dr. Evy dalam sambutannya.
Berpindah pembahasan terkait pemaparan materi yang disampaikan, Agung menyinggung terkait pesatnya perkembangan di dunia kerja pada era 5.0 nantinya. “Di era tersebut, nantinya kita kembali pada masa human karena pekerjaan yang ada akan lebih personal serta mengedepankan healing maupun wellbeing”, ucap Agung. Pada era 5.0 juga, para gen Z diharapkann bisa bekerja dengan cepat, terlebih para mahasiswa psikologi yang berfokus pada industri dan organisasi, terlebih di bagian asesmen. “Hadirnya Artificial Intteligence (AI) nantinya perlu didukung untuk memiliki wisdom dan experience, tidak hanya skills dan knowledge saja. Dengan memiliki kedua hal tersebut, AI tidak bisa mengganti pekerjaan manusia,” ucap Agung..
Materi yang disampaikan oleh narasumber menghadirkan berbagai antusiasme peserta, salah satunya Raquel dari FP Ubaya. “Bagaimana cara bapak merekrut peserta yang merupakan gen Z?” tanya Raquel. Menanggapi pertanyaan tersebut, Agung menjelaskan bahwa ia hanya meminta para gen Z untuk magang selama tiga bulan dan sisanya mengadakan wawancara sebentar. “Melalui magang selama tiga bulan tersebut, saya bisa dengan mudah tahu berbagai hal, mulai dari work standard sampai dengan etos kerja yang mereka miliki,” jawab Agung. Di samping itu, seseorang yang ikut magang bisa tahu akan susahnya kerja serta mencari uang. “Dengan magang, kita bisa branding, menunjukkan kepercayaan diri, standar kerja yang dimiliki, bahkan mengkomunikasikan values atau nilai dari diri sendiri,” jelas Agung.