Jumat, 4 November 2022, Ubaya Investor Club Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Surabaya (UVEST FBE Ubaya) menyelenggarakan seminar bertajuk “Investasi Alternatif di Tengah Resesi 2023”. Acara ini bertujuan memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk mulai berinvestasi pada reksa dana sebagai alternatif dalam menghadapi prediksi resesi di tahun mendatang. Seminar diselenggarakan di Galeri Investasi, Kampus II Ubaya dan dihadiri oleh puluhan peserta kalangan Ubaya khususnya dari FBE yang mengambil mata kuliah tentang keuangan. Onky Alex Sandra selakuRelationship Manager dari PT Henan Putihrai Asset Management Surabaya hadir sebagai pembicara dalam acara ini.
Onky memaparkan bahwa resesi dapat terjadi karena inflasi dan meningkatnya angka pengangguran akibat pengurangan karyawan. Salah satu contoh resesi yang pernah terjadi yakni ketika pandemi Covid-19 beberapa waktu yang lalu. Terjadinya resesi menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan dari masyarakat. “Timbulnya kepanikan berlebih tersebut membuat masyarakat cenderung menyimpan uang cash dan tidak berinvestasi, baik jangka pendek maupun panjang,” ungkapnya. Padahal dengan berinvestasi, masyarakat dapat meningkatkan kecepatan perputaran uang dan membantu mengatasi resesi.
Dalam berinvestasi, investor memiliki beberapa alternatif, baik dalam bentuk rumah, emas, tanah, deposito, saham, maupun reksa dana. “Dari sekian banyak opsi yang ada, reksa dana menjadi alternatif yang dapat dipilih,” ujarnya. Hal ini dikarenakan reksa dana tidak memerlukan modal yang besar, bahkan asetnya terjamin aman. Berkenaan dengan aspek keamanan, dana investor diwadahi oleh bank penampung yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nantinya, bank penampung akan bekerja sama dengan bank yang sudah ditentukan dalam menerbitkan konfirmasi pembelian dan penjualan.
“Terdapat beberapa jenis reksa dana, salah satunya adalah reksa dana pasar uang. Jenis reksa dana ini termasuk yang paling kebal dalam menghadapi resesi,” jelas Onky. Ia memaparkan bahwa reksa dana pasar uang dapat digunakan untuk menghadapi resesi karena sifatnya yang minim fluktuasi. Selain itu, imbal hasilnya mampu memberikan keuntungan bagi investor, dananya mudah dicairkan, dan sifat reksa dana pasar uang relatif stabil apabila dibandingkan jenis reksa dana lainnya. Oleh karena itu, reksa dana pasar uang menjadi opsi terbaik bagi investor dalam mempersiapkan diri menghadapi resesi.
Pada sesi tanya jawab, salah satu peserta bernama Desi bertanya, “Dalam menghadapi resesi, apakah lebih baik berinvestasi pada reksa dana atau kripto?” Menjawab hal ini, Onky menjelaskan bahwa kripto perlu pengamatan lebih lama pada pergerakan koinnya. “Meski harganya murah, jangka waktu open market kripto adalah 24 jam tanpa ada hari libur sehingga nilainya sangat fluktuatif,” paparnya. Di sisi lain, reksa dana menawarkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam menghadapi resesi. “Biaya investasi reksa dana sifatnya relatif murah sehingga dapat dibeli secara manual dengan mengisi form atau menginstal aplikasinya,” jelas Onky. Tak hanya itu, dananya dikelola oleh manajer investasi yang profesional, dapat dicairkan sewaktu-waktu, bebas biaya administrasi, tidak ada potongan pajak, dan berpotensi menghasilkan keuntungan di atas bunga deposito. “Berbagai keuntungan tersebut menjadikan reksa dana dapat menjadi alternatif terbaik dalam menghadapi resesi,” tutup Onky.(RE1,jes/jer)