Internet Sehat Bersama Murid SDN Menanggal 601, Surabaya fadjar October 18, 2017

Internet Sehat Bersama Murid SDN Menanggal 601, Surabaya

Penting Punya Batasan Waktu

Tidak mungkin menjauhkan anak dari gawai dan internet. Apalagi, mereka terlahir di era milenial, zaman ketika perangkat canggih bisa diakses dengan mudah. Orang tualah yang perlu memberikan persiapan supaya si kecil tidak tersesat di dunia maya.

‘TEMAN-TEMAN, ada yang tahu internet, tidak?’ tanya Naomi kepada para siswa kelas V dan VI SDN Menanggal 601, Surabaya, kemarin (10/10). Selu ruh siswa menjawab beragam. Mereka rata-rata paham dan me ngenal internet. Bahkan, banyak di antara mereka yang memiliki akun media sosial pribadi.

Kak Nitnit bersama boneka Naomi membawakan kisah Internet Sehat. Naomi mendapat pekerjaan rumah dari gurunya. Untuk mencari jawaban, dia diminta mengakses internet. Naomi yang bingung lantaran tidak pernah mengakses internetpun bertanya kepada ibunya. ‘Internet itu adalah jaringan yang menghubungkan komputer dan gawai ke banyak hal. Tapi, yang dibuka Naomi harus sesuai dengan tugas, ya,’ pesan ibu.

Internet ternyata membuat Naomi terlena. Setelah mengerjakan tugas, dia membuka banyak situs. ‘Eh, ada situs dewasa. Uh, enaknya diklik tidak, ya?’ tanyanya. Para siswa serempak berteriak tidak. Naomi pun mengurungkan niatnya. Dia lalu membuka situs-situs yang lain. Berjam-jam lamanya. Sampai mata Naomi terasa mengganjal dan sakit karena terlalu lama melihat layar komputer.

‘Nah, seperti itulah kalau terlalu lama berinternet. Mata jadi capek, akhirnya sakit. Makanya, Naomi pakai saja seperlunya,’ ucap ibu. Di akhir dongeng, Kak Nitnit membagikan beberapa tip be rinternet sehat. Pertama, mengakses konten sesuai dengan usia. Kedua, mengaksesnya tidak di ruang tertutup sendirian. Lalu, tidak lupa membatasi jam pakai internet.

Antusiasme para siswa bersama Kak Nitnit tersebut menular kepada wali murid yang mengikuti sesi bersama psikolog Dr Dra Artiawati Mawardi MappPsych di road show For Her Tangkis Bersama Antangin JRG itu. Artiawati menjelaskan, orang tua dan anak lahir serta besar di generasi yang berbeda. ‘Usianya
beda, karakter dan kebiasaannya pun jauh berbeda. Dulu, orang tua baru mengenal komputer saat SMA. Sementara, anak sekarang sepertinya lahir sudah punya chip,’ paparnya.

Menurut Artiawati, tidak mungkin menjauhkan anak dari internet dan gawai yang merupakan barang wajib di zaman anak. ‘Teknologi tidak salah. Justru ia diciptakan untuk membantu. Kalau ada permasalahan, berarti saatnya orang tua becermin. Apakah sudah menerapkan kontrol yang baik?’ papar psikolog sekaligus dosen Universitas Surabaya tersebut.

Ernawati, salah seorang wali murid, menceritakan, ada anak tetangganya yang dirawat di rumah sakit karena terlalu lama menggunakan gawai. Anak itu muntah-muntah sampai kemudian lemas. Karena khawatir, Ernawati menaikkan batasan waktu pakai gawai untuk anaknya. Dari sejam sehari menjadi sejam di hari Minggu. ‘Apakah hal itu sudah benar, Bu? Saya khawatir anak saya juga ikut-ikutan sakit sampai dirawat seperti itu,’ tanyanya.

Artiawati menjelaskan, langkah Ernawati sudah tepat. ‘Aturan yang jelas dari orang tua membuat anak paham, yang mana yang baik dan tidak baik,’ ucapnya. Untuk memperjelas konsep benar-salah, dia juga menyarankan orang tua menerapkan hukuman dan penghargaan.

Supaya bisa terus mendampingi tumbuh kembang buah hati dengan baik, orang tua harus senantiasa sehat. Kalau terasa masuk angin, seperti rasa meriang, rasa mual, perut kembung, keluar keringat dingin, capek-capek, dan pusing, tak perlu menunda lagi. Ambil Antangin JRG. Kandungan her balnya segera mampu memulihkan kondisi. (fam/c19/ayi)

Jawa Pos, 18 Okt 2017