Ajari Anak Atasi Iri atau Cemburu fadjar October 17, 2017

Ajari Anak Atasi Iri atau Cemburu

SURABAYA ndash; Menurut data Unicef, sekitar 50 persen pelajar usia 13ndash;15 tahun di Indonesia pernah mengalami perundungan. Artinya, perundungan menjadi masalah yang cukup serius. Sayang, tak banyak orang yang menyadarinya. Hal itu ditegaskan dalam road show For Her Tangkis Bersama Antangin JRG di SMPN
17 Surabaya kemarin (9/10).

Road show tersebut menghadirkan Ir. Naning Pudji Julianingsih MSi, spesialis perlindungan anak Unicef Indonesia, saat sesi untuk siswa-siswi kelas VIII. ‘Apakah bullying bisa mempererat pertemanan? Apakah bullying sebatas bercanda? Tidak,’ kata Naning.

Sadar atau tidak, perundungan sering terjadi di lingkungan sekolah. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang berbentuk verbal atau perundungan dalam bentuk ucapan, perundungan di dunia maya, perundungan fisik, hingga perundungan relasional, yaitu mengucilkan satu orang dalam kelompok.

Karena itu, Naning mengajak siswa mengenal perundungan yang terjadi di sekitar mereka melalui body mapping. Sebanyak 300 peserta dibagi dalam sepuluh kelompok. Tiap anak lantas menempelkan kertas berisi perilaku perundungan yang pernah mereka alami atau lihat di gambar berbentuk tubuh.

Kertas tersebut ditempelkan di bagian tubuh yang terasa sakit ketika mereka mengalami perundungan. Ada yang menempelkan kertas di hati, kaki, kepala, bahkan area pribadi.

Sesi bersama orang tua diisi Lutfi Arya MPsi, psikolog alumnus Universitas Surabaya (Ubaya). Lutfi menyatakan, anak perempuan lebih melibatkan perasaan dalam melakukan perundungan. Misalnya, dengan memfitnah, menghasut, maupun mengucilkan. Sementara itu, anak laki-laki cenderung ingin menunjukkan kekuasaan. ‘Misalnya, berkata kasar yang menyakitkan. Anak laki-laki ini lebih kreatif lho dalam memberikan julukan yang jelek kepada temannya. Kadang juga disertai kekerasan fisik,’ terangnya.

Apa pun bentuknya, perundungan dilakukan dengan sengaja dan bertujuan merendahkan korbannya. Ada niat untuk menyakiti yang biasanya dilakukan kelompok ke individu atau dari individu ke kelompok. Korban dan pelaku memiliki power yang berbeda. ‘Perundungan adalah masalah relasi,’ ucap Lutfi.

Sadar atau tidak, pelaku merasa ada anak yang lebih baik daripada dirinya. Anak itulah yang diincar sebagai korban. ‘Dia tidak suka karena ada anak yang lebih hebat. Rasa iri dan cemburu itu bisa mengakibatkan kesalahan berpikir,’ tutur Lutfi.

Karena itulah, biasanya korban perundungan adalah anak-anak yang terlihat berbeda. Misalnya, lebih populer, pintar, dan berbeda secara fisik. Untuk menjadikan dirinya tetap berada di atas orang lain, pelaku berusaha menghancurkan korban dengan perundungan.

Menurut Lutfi, tugas orang tua adalah memberikan pengarahan kepada anak tentang cara berkompetisi. Anak harus dikenalkan dengan rasa iri dan cemburu serta bagaimana mengatasinya. ‘Jika anak berelasi dengan baik, saat melihat anak lain yang menurutnya lebih baik, dirinya akan mengajaknya berkenalan.
Mencoba berteman dan belajar dari dia,’ ucap Lutfi.

Tidak ada sekolah menjadi orang tua. Namun, orang tua bisa terus belajar mendidik anak. Karena itu, orang tua perlu memiliki tubuh yang sehat. Kalau
merasa tubuh kurang fit karena masuk angin, segera minum Antangin JRG. Selain dikonsumsi langsung, Antangin JRG bisa dinikmati dengan cara Tempur Angin. Yakni, teh hangat campur Antangin JRG. Selain rasanya yang nikmat, tubuh jadi terasa fresh dan rileks. (adn/c18/ayi)

Jawa Pos, 10 Okt 2017