Mengunjungi Rumah Diabetes Universitas Surabaya fadjar September 26, 2017

Mengunjungi Rumah Diabetes Universitas Surabaya

Jadi Mitra Pemandu Pasien

Pengelolaan diabetes melitus (DM) tidak bisa sembarangan. Setidaknya melibatkan lima pilar dalam pengelolaannya. Tidak cukup hanya terapi obat, pengidap diabetes perlu mengelola nutrisi. Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga, edukasi, serta manajemen diri.

SEMULA Rumah Diabetes berdiri untuk menstimulasi pengelolaan diabetes. Baik dari aspek farmakologi maupun psikologi. Sebab, banyak dijumpai diabetesi (pengidap diabetes, Red) yang kurang patuh dalam pengobatan. Alasannya beragam. Terbanyak dari faktor lingkungan. Misalnya, kurangnya dukungan, informasi yang tidak tepat dan membingungkan, serta bosan dengan pengobatan jangka panjang.

Bahkan, tidak sedikit diabetesi yang beralih ke pengobatan alternatif atau herbal. Sayang, hal itu tidak diimbangi dengan akses informasi dan bukti klinis yang sahih. Terutama pada terapi alternatif atau herbal yang diyakini bisa menyembuhkan diabetes.

Di situlah Rumah Diabetes berperan. Pengelola Rumah Diabetes Universitas Surabaya Lisa Aditama SSi Mfarm-Klin Apt mengatakan, pasien diabetes membutuhkan mitra. Terutama untuk mencegah penyakit yang dikenal sebagai kencing manis itu berkembang menjadi komplikasi. Dia mengungkapkan, tidak sedikit orang beranggapan bahwa kontrol DM cukup dengan minum obat. Padahal, tidak. Dibutuhkan penanganan yang kolaboratif terhadap diabetes. ‘Bukan hanya menjaga gula darah pada tataran yang diinginkan, tetapi juga mencegah keberlanjutan penyakit atau komplikasi,’ tegasnya.

Masyarakat dengan diabetes diharapkan bisa mengelola diri sendiri atau self management. Tentu, yang berkaitan dengan pengontrolan gula darah. Istilahnya learning beyond the disease. Masyarakat diajak tidak hanya untuk memahami penyakitnya, tetapi juga mengelola untuk menanggulangi penyakit. Tidak stres, rutin kontrol, paham penggunaan obat, hingga menjaga gaya hidup sehat. ‘Ini sangat penting untuk penatalaksanaan diabetes,’ tuturnya.

Pada Rumah Diabetes, jelas Lisa, konsep yang dikembangkan adalah wisata edukasi dan wisata kesehatan. Masyarakat diajak untuk memahami DM secara menyeluruh. Dengan begitu, kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat pun meningkat.

Selain memandu diabetesi, yang tidak kalah penting ialah memberikan pemahaman kepada caregiver. Mereka ada di sekitar pasien. Mereka harus paham seluk-beluk diabetes. Termasuk kepada kelompok masyarakat yang rentan DM karena gaya hidup yang tidak sehat.

Langkah itu bisa dilakukan melalui screening sejak dini. Selain itu, berolah raga teratur dan memberikan pemahaman gaya hidup sehat melalui wisata
edukasi. Misalnya, melalui buklet dan video. ‘Caregiver ini penting karena dukungan sangat dibutuhkan penderita diabetes,’ terangnya.

Wisata edukasi dan wisata kesehatan dikemas menarik secara interaktif. Misalnya, edukasi mengenai pola makanan sehat. Ada penjelasan mengenai kon-
sumsi sayur dan buah serta manfaatnya terhadap kesehatan. Ada tambahan ilmu menghitung kalori dan mengenal kelompok makanan berkalori tinggi. ‘Belajar
mengenal dengan cara menyenangkan hingga melakukan pemberdayaan kepada pasien,’ jelasnya. (puj/c4/nda)

Jawa Pos, 23 September 2017