Kembangkan Potensi Pakar Teknik Muda
SURABAYA ndash; Pepatah bilang, banyak jalan menuju Roma. Pas dengan kondisi sekarang. Teknologi negara maju boleh jadi berkembang begitu pesat. Bangsa ini masih punya banyak jalan mengejar kemajuan tersebut. Tentu, lewat sumbangsih anak muda.
Teknologi dan karya anak bangsa diulas tuntas kemarin (16/8). Bahkan, seminar Manufacturing Technology Update di Universitas Surabaya (Ubaya) itu menghadirkan Dahlan Iskan sebagai pembicara utama. ”Kita ini hampir pernah jadi bangsa industri,” ucap Dahlan Iskan. Namun, mimpi besar itu berlalu pada 1998. Akhirnya, Indonesia tetap menjadi bangsa pedagang. Sampai sekarang.
Kandasnya kesempatan tersebut, menurut Dahlan, menjadi imbas sistem keamanan yang tidak mendukung. Banyak pengusaha yang merasa waswas didemo buruh kala itu. Ada yang merasa tidak aman dan stres jika harus mengelola suatu pabrik. Bangsa ini telanjur balik kucing dan tetap menjadi bangsa pedagang. Hanya dapat membeli, tidak kunjung memproduksi.
Terlalu lama menjadi bangsa pedagang, Dahlan menyebut satu tantangan. Bagaimana cara membuat bahan baku sendiri dengan harga lebih murah dari membeli atau minimal sama? Yang terjadi, bangsa ini ogah ”beranjak” menjadi bangsa industri.
Meski demikian, mantan menteri BUMN tersebut optimistis dengan potensi anak negeri. Sayang, tak semua potensi memiliki fasilitas untuk berkembang. ”Yang pinter nggak kaya dan yang kaya nggak pinter,” ucap Dahlan yang disambut senyum simpul para peserta. Karena itu, Dahlan mengajak para peserta yang datang dari kalangan mahasiswa dan industri untuk memecahkan problem tersebut.
Sektor pertama yang paling mungkin untuk dikembangkan adalah pertanian. Sayang, tak ada mesin tanam meski telah bermunculan banyak mesin panen. Padahal, hasil dari sektor itu bergantung pada sistem penanaman.
Kuncinya, lanjut Dahlan, adalah petani yang disiplin. Rupanya, pada era sekarang, petani disiplin sudah jarang. Ada banyak faktor yang memengaruhi. Misalnya, ketika pendidikan anak kian tinggi, mereka tidak akan mengizinkan orang tuanya bertani. Belum lagi jam paling efektif dalam menanam adalah pukul 08.00ndash;09.00. ”Jam-jamnya telenovela di TV menarik-menarik, gosip artis apalagi,” tuturnya.
Karena itu, solusi utama adalah mesin. Hal tersebut menjadi tantangan yang harus dijawab para anak muda. Terutama para engineer. Dahlan pada kesempatan tersebut mengenalkan mobil listrik. Dua mobil listrik dibawanya ke halaman Ubaya. Tesla dan Selo. Seusai seminar, Dahlan mengajak peserta perwakilan SMA di Surabaya untuk melihat dua mobil tersebut.
Dahlan menerangkan, Selo mampu melaju 250 km untuk sekali isi ulang baterai. Dahlan berharap anak muda mampu membuat Selo generasi III. ”Ini yang kedua. Yang pertama sudah saya pakai nabrak,” ujarnya sambil mengenalkan Selo.
Dahlan mengizinkan peserta untuk menyetir Tesla langsung. ”Ayo dicoba, nabrak nggak apa-apa,” ungkap Dahlan saat mengizinkan Raymond Sulistio, siswa SMA Petra 1 untuk mengemudi.
Dengan muka tegang dan kaget, Raymond mengajak dua temannya untuk naik Tesla. Siswa kelas XII itu lantas menyetir Tesla di halaman Ubaya. ”Gemeteran
banget, tapi enak,” ucapnya setelah turun dari Tesla.
Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan memotivasi para mahasiswa dan anak muda. ”Maka nya, kami pinjam mobil Pak Dahlan supaya bisa dilihat-lihat anak-anak,” tuturnya. Hal itu, lanjut dia, bisa jadi cambuk bagi mahasiswa untuk menciptakan teknologi masa depan yang bermanfaat. (kik/c10/nda)
Jawa Pos, 17 Agustus 2017