Serang Otak dan Jantung fadjar January 27, 2016

Serang Otak dan Jantung

SIANIDA populer sejak dulu. Kaisar Nero dari Romawi menggunakannya untuk meracuni lawan-lawan politik. Pasukan Nazi memakai gas sianida untuk membunuh para tawanan. Bahkan, Scheele, ilmuwan penemu sianida, tewas karena racun yang ditemukannya itu. ‘Bisa dibilang, racun jenis ini populer digunakan mereka yang berniat menewaskan seseorang,’ ujar dr Heru Wijono SpPD, pakar penyakit dalam dari Rumah Sakit Husada Utama.

Ketika sianida dalam jumlah besar masuk di tubuh, yang diserang adalah sel tubuh, yakni mitokondria. ‘Itu adalah bagian sel yang berperan sebagai paru-paru, yang mengatur oksigen dalam sel,’ jelas Heru.

Sianida akan mengganggu enzim sitokrom oksidase, yang berperan penting dalam kinerja mitokondria. Saat enzim sitokrom oksidase terganggu oleh sianida, sel-sel dalam tubuh mengalami kekurangan oksigen. ‘Sel-sel seolah mati lemas. Akhirnya, organ tubuh yang selnya mati lemas juga tidak berfungsi dengan baik,’ kata Heru.

Dia menambahkan, organ yang langsung terdampak saat enzim sitokrom oksidase terganggu adalah otak dan jantung. ‘Sebab, keduanya sangat membutuhkan oksigen,’ tutur Heru.

Bisa dibayangkan organ-organ tubuh rusak karena sel-sel yang mati lemas. ‘Jantung jadi tidak bisa memompa darah, sedangkan paru-paru kesulitan bekerja mengatur pernapasan. Sistem saraf pun kacau,’ ujar dr Irene Stephanie Surjadibrata SpPD, internis dari Siloam Hospitals Surabaya.

Berikutnya, gejala akan terlihat. Paling awal adalah sesak napas, yang terjadi pada 15 detik pertama. Biasanya juga disertai nyeri kepala dan gelisah. Lalu, pada 30 detik hingga 3 menit, korban mulai tidak sadar diri atau sulit bernapas. ‘Pada 5 hingga 8 menit, jantung akan terhenti. Ini bisa berujung pada kematian,’ lanjut Irene.

Irene menjelaskan, sianida tidak hanya meracuni saat tertelan. Paparan di kulit pun bisa mematikan karena sianida bisa terserap. Dosis mematikan sianida saat terpapar di kulit adalah 100 mg per kg berat badan. Sementara itu, dosis letal sianida jika masuk ke pembuluh darah adalah 1 mg per kg berat badan.

Sebenarnya, ada beberapa cara untuk menghentikan efek sianida. Namun, itu hanya berlaku jika dosis yang masuk kecil. ‘Kalau dosisnya besar, apalagi yang sengaja diracun, mustahil bisa diselamatkan,’ jelas Irene.

Beberapa bahan kimia dipercaya menjadi antidot atau penangkal sianida. Efeknya adalah mencegah sianida merusak sitokrom oksidase. Dua bahan kimia itu adalah hidroksokobalamin dan natrium tiosulfate. ‘Namun, yang hidroksokobalamin sulit dicari di Indonesia. Pemberian pun harus dilakukan dengan cepat, yakni lewat injeksi di rumah sakit,’ papar Farida Suhud MSi Apt, dosen kimia medisinal Universitas Surabaya. (len/c19/ayi)

Sumber: Jawa Pos, 26 Jan 2016