Workshop Improving Teacher Skill, Membantu Guru dalam Menangani Masalah Remaja fadjar October 28, 2015

Workshop Improving Teacher Skill, Membantu Guru dalam Menangani Masalah Remaja

Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang penuh dengan problematika. Bahkan, bukan hanya orang tua di rumah saja bertanggungjawab atas anaknya, namun seorang guru juga memiliki kewajiban membantu permasalahan yang dihadapi siswanya. Oleh sebab itu, Magister Sains Fakultas Psikologi Universitas Surabaya kembali mengadakan workshopbertajuk “Improving Teacher Skill : Effective Empowering for Teenegars”

Workshop ini dilaksanakanpada Sabtu, 24 Oktober 2015, di Perpustakaan lantai 5 Kampus II Universitas Surabaya. Kegiatan workshopyang berlangsung dari pukul08.00- 15.00WIB, bertujuan untuk memberikan wawasan bagi guru yang menangani masalah kesiswaan terkait ketrampilan konseling.

Workshopkali ini akan ditujukan untuk guru-guru SMP maupun SMA se-Jawa Timur, dengan harapan dapat membantu mereka dalam menangani masalah siswa atau remaja di sekolah,”jelas Ni Made Wulan Widyaswari Anasta Putri selaku ketua panitia.

Acara dibukadengan sambutan Kaprodi Magister Sains Fakultas Psikolog, Dr. Frikson C. Sinambela, M. T., Psikolog. Sesi pertama dimulai dengan penjelasan tentang remaja dan permasalahannya oleh narasumber, yakniDra. Srisiuni Sugoto, M.Si., Ph.D. Dalam sesi tersebut, Srisiuni mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki keunikannya masing-masing,sehingga ketika beranjakremaja, merekamemiliki permasalahan yang berbeda-beda dan cara penyelesaian yang berbeda pula. Sedangkan peran guru sebagai sebagai orang tua kedua anak, diharapkan dapat melihat permasalahan remaja tersebut dari sudut pandang remaja.

Lalu pada sesi kedua,guru-guru diajarkan teknik-teknik konseling yang dibawakan oleh Dra. Soerjantini Rahaju, M.A., Psikolog.Guru-guru diajarkan bagaimana memulai sesi konsultasi dan teknik-teknik di dalamnya seperti attending, listening, probing, summarizing dan sharing empathic highlight.

Selain diberikan penjelasan berupa teori, para peserta diajak untuk melakukan sesi bertukar peran atau role play, yang dipandu oleh Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si., Ph.D. Dalam sesi ini,setiap guru diminta berpasangan dan memerankan subjek pada kasus yang ditampilkan di layar selama 10 menit. Sedangkan pembicara keliling mengunjungi pesertauntuk melihat seberapa jauh pemahaman merekaterhadap materi yang telah disampaikan. Setelah roleplaypertama,peserta diminta berganti peran dengan kasus yang berbeda.

Mereka terlihat begitu antusias, bahkanbeberapa diantaranyameminta waktu workshopdiperpanjang dan berharap ada keberlanjutan dikemudian hari. “Kedepannya kami berharap workshopini diadakan dua hari untuk mempraktekan materi secara efektif,”ungkap Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si., Ph.Ddan Dra. Soerjantini Rahaju, M.A., Psikolog(lan).