10 Mahasiswa Ubaya Wujudkan Nilai-nilai Kemanusiaan di Panti Jompo fadjar October 26, 2015

10 Mahasiswa Ubaya Wujudkan Nilai-nilai Kemanusiaan di Panti Jompo

SURYA.co.id | SURABAYA – Gelak tawa muncul di Panti Werdha Usia Anugerah, Surabaya, Minggu (25/10/2015). Obrolan antara para lansia dan anak muda terdengar. Saat itu panti mendadak berubah dari hari-hari biasa yang cenderung sepi-senyap. Ada apa?

Erika Suhadi, mahasiwa Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, membembelai rambut wanita sepuh di depannya. Dipengangnya lembut kepala itu sambil mennggerakkan sisir dari pangkal ke ujung rambut dengan pelan. Sang nenek memejamkan mata keenakan.
‘Farmasi nantinya berhubungan dengan pasien. Jadi penasaran. Ternyata begini toh rasanya merawat itu,’ katanya.

Tak hanya Erika, sembilan mahasiswa dari fakultas yang sama juga melakukan kegiatan serupa. Mereka tengah mengimplementasikan mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang masuk dalam departemen mata kuliah umum kampus itu. Tak hanya menyisir rambut, mereka berbagi tugas memotong kuku, menyuapi, dan memijat para lansia.

Tak tebang pilih, baik nenek maupun kakek mendapat perlakuan yang sama. Erika mengaku, itu adalah pertama kalinya dia merawat para lansia.

Kedekatan yang berlangsung sekitar dua jam, mulai pukul 10.00 sampai 12.00 WIB, tersebut menimbulkan simpatik bagi para mahasiswa.

‘Mereka selama ini jauh dengan keluarga. Kami senang bisa menghibur mereka dengan cara ini. Inginnya mereka menganggap kami seperti keluarga mereka sendiri,’ tuturnya.

Dosen pembimbing mata kuliah tersebut, Dr JM Atik Krustiyati SH MS mengatakan, kegiatan tersebut terselenggara berkat kerja sama dengan yayasan Tzu-Chi Indonesia.
Kunjungan semacam, kata dia, baru pertama kali. Harapannya, kegiatan bisa berlanjut per tahun dengan sasaran panti yang berbeda-beda.

Pihak kampus berharap, kedatangan mereka tak mengganggu. Yang mereka inginkan justru semangat para lansia bisa tumbuh. Rasa kangen kepada sanak keluarga diharap bisa terobati dengan interaksi bersama mahasiswa Ubaya.

Para mahasiswa, kata Atik, harus bisa peka terhadap lingkungan. Ini yang dianggap paling penting. Pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan harus diterapkan dalam bentuk riil.
Menurutnya, pembelajaran teoritis tetap perlu namun bukan sesuatu yang utama.

Selain itu, dengan datang langsung ke panti, para mahasiswa diharapkan mengenal dan paham keseharian para lansia. Dengan begitu, ketika masuk dunia kerja, mereka tak canggung berbaur dengan orang-orang yang berbeda-beda. Pasalnya, selama ini di kampus mereka terbiasa berkomunikasi dengan orang-orang seusia.

‘Mereka mesti bisa menempatkan diri saat bertemu dengan orang lain, dari latar belakang yang berbeda dan usia yang terpaut beda juga. Ini termasuk pembelajaran soal keberagaman. Seperti yang diajarkan dalam mata kuliah,’ ungkap dia.

Sumber: https://surabaya.tribunnews.com