Waspadai Kucing yang Tampak Manis fadjar August 28, 2017

Waspadai Kucing yang Tampak Manis

‘SUATU hari, hiduplah ibu burung dan anak burung kutilang yang masih kecil. Keduanya tinggal di sebuah pohon. Karena lapar, si ibu burung terbang mencari makan. Sebelum berangkat, ia berpesan supaya si anak burung tidak meninggalkan rumah.’

Narasi Inge Ariani Safitri mengawali road show Tangkis Jawa Pos For Her di SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, kemarin pagi. Inge dan Komunitas Kumpul Dongeng yang mengisi acara pagi itu benar-benar bikin seru. Mereka menyampaikan dongeng yang diselipi pesan agar anak menjaga diri dari predator seksual dalam cara yang mudah dipahami anak-anak.

Dalam kisah itu, si anak burung tidak menuruti anjuran ibunya. ‘Aku kan bosan. Aku terbang saja, deh,’ kata si anak burung. Awalnya, pemandangan indah di sekitar pohon membuatnya gembira. Tetapi, karena sayapnya belum kuat, ia kelelahan dan terjatuh. Dia disambut oleh seekor kucing manis. Kucing itu meminta si anak burung yang kelelahan tidur di tubuhnya yang lembut.

Nah, saat si anak burung tidur, barulah kucing itu menampakkan aslinya. Dia mengeluarkan cakar tajam dan menyeringai kepada si anak burung. Para siswi panik. Mereka berteriak membangunkan burung kecil. Karena merasa terancam, si anak burung pun berteriak kencang. ‘Tolong! Kucing ini jahat! Tolong!’ teriak si anak burung.

Teriakan itu didengar ibu burung yang langsung datang. Dia mematuk si kucing. Ibu burung memuji anaknya yang berani berteriak kencang. ‘Nak, tidak semua yang kelihatan baik punya niat baik,’ jelasnya kepada si burung kecil.

Inge lantas mengajak para siswi menyebutkan bagian tubuh yang tidak boleh disentuh. Mereka bersahutan menyebutkan. Ada empat bagian tubuh yang dilarang disentuh orang lain. ‘Pertama, mulutku.

Kedua, dadaku. Ketiga, kemaluan. Keempat, pantatku,’ ucap mereka sambil menyentuh bagian tubuh yang disebutkan. Sesi Kumpul Dongeng ditutup dengan nyanyian Anak Berani yang liriknya mengajarkan tentang cara melindungi diri. ‘Aku suka lagu-lagu sama dongengnya, soalnya seru,’ kata Amanda Zahra Dea, seorang peserta.

Sesi orang tua tidak kalah seru. Para bunda dan ayah (kebanyakan bunda) mendapat sesi sharing dengan Dra Soerjantini Rahaju, MA, psikolog dan dosen psikologi Universitas Surabaya (Ubaya). Ninuk ndash;sapaan Soerjantini Rahajundash; mengajak orang tua untuk memperhatikan hal-hal sepele yang ternyata berpengaruh besar bagi anak. Terutama dalam hal pencegahan kekerasan seksual.

‘Kekerasan seksual bukan hanya kasus berat seperti pemerkosaan. Tetapi, juga sentuhan kecil yang dilakukan kepada anak tanpa kehendaknya,’ kata Ninuk.

Dia mengimbau bunda dan ayah untuk memperhatikan hal-hal kecil yang dilakukan sehari-hari. Misalnya, saat memandikan si kecil, ke toilet, hingga mengekspresikan rasa sayang. Mencium pipi dan memeluk anak hanya boleh dilakukan orang tua. (fam/adn/na)

Jawa Pos, 25 Agustus 2017