Penanggulangan bencana dipandang masih sangat lambat. Sejauh ini, penanganannya hanya bersifat reaktif dan belum proaktif.
Rantai pasok dan aplikasi logistik menjadi perhatian utama dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Penanganan yang efisien dan efektif tidak cukup, tapi juga harus diiringi dengan kecepatan dan ketepatan.
Prof. Joniarto Parung PhD Professor in Supply Chain Management menjelaskan kecepatan dan ketepatan menjadi sangat penting dalam penanganan bencana karena menyangkut nyawa manusia.
Menurut rektor Universitas Surabaya ini, penanganan bencana yang dilakukan badan atau lembaga resmi selalu terlambat. Tidak heran bila kemudian peran ini diambil oleh perorangan atau kelompok-kelompok tertentu.
‘Akhirnya seperti yang sering terjadi. Ada yang mengumpul banyak di satu tempat, dan kekurangan di tempat lain. Sehingga distribusi logistik yang tepat sasaran itu seperti sangat mewah disini,’ kata Joniarto pada suarasurabaya.net di sela-sela pembukaan Seminar Nasional Disaster Recovery Management yang digelar Ubaya di Hotel Santika, Kamis (20/10/2011).
Keberadaan crisis center juga cenderung jalan sendiri-sendiri. Sementara badan resmi milik Pemerintah lebih sering terbentur birokrasi. Mereka tidak akan bergerak jika belum mendapat izin dari atasan. Kalaupun ingin bertindak, dana logistik tidak ada.
Solusinya, menurut Joniarto, menyangkut 3 hal. Pertama, koordinasi. Badan atau lembaga resmi Pemerintah harus siap dengan kondisi bencana. Setiap ada bencana, prosedur tidak perlu berbelit-belit.
‘Kalau ada bencana, siapa yang harus in charge sudah jelas. Koordinasi cepat untuk siapa yang butuh penanganan,’ ujarnya.
Solusi kedua adalah kelengkapan database daerah rawan bencana. Sebaiknya untuk daerah tersebut, ada pihak yang memiliki mapping tentang jalan alternatif menuju lokasi, jumlah penduduk dan hal-hal lain yang dibutuhkan. Pemerintah dan media massa diharapkan punya data itu, mengingat keduanya memiliki kemudahan akses.
Solusi lainnya adalah teknologi. Selain rawan bencana, Indonesia juga mempunyai daerah-daerah yang belum terjangkau teknologi. Karena itu, teknologi transportasi dan komunikasi perlu ditingkatkan agar bisa menjangkau lokasi-lokasi terpencil.
Joniarto mencontohkan bencana di Papua yang bisa lebih cepat ditangani daripada Yogyakarta. Meski Papua sulit dijangkau teknologi, namun pemetaan lokasi sudah ada sehingga penanganannya bisa lebih cepat.(git)
dikutip dari suarasurabaya.net, 20 Oktober 2011